Minggu, 01 Maret 2015

1.      PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia hampir 70 % dari seluruh wilayah terdiri dari perairan (laut, payau dan tawar) memiliki potensi perikanan yang sangat besar, komoditas perikanan sangat strategis untuk dikembangkan saat ini maupun masa yang akan datang. Salah satu potensi besar untuk di kembangan ialah pada sektor budidaya perairan laut karena Indonesia mempunyai beragam potensi sumberdaya kelautan yang sangat beragam. Didukung dengan adanya garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan Salah satu komoditas yang berkembang pesat di perairan Indonesia adalah udang windu (Penaeus monodon).
Kondisi laut yang luas dan iklim tropis di Indonesia mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang windu (Penaeus monodon) sepanjang tahun. bedasarkan hal ini, baik usaha pembenihan maupun budidaya banyak dirintis oleh perusahaan swasta dalam skala besar serta para petambak dapat mengembangkan usahanya secara maksimal.
Udang Windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki prospek sangat baik sebagai salah satu usaha, karena udang Windu memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak disukai masyarakat selain itu mempunyai aroma dan tekstur daging yang khas serta nilai gizi yang tinggi.
Keberhasilan Kegiatan pendederan udang windu di hatchery sangat di pengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi persyaratan kualitas air yang mendukung bagi pertumbuhan udang, baik fisika, kimia, maupun biologis. Selain itu faktor lain yang menentukan keberhasilan usaha pendederan udang windu tidak luput dari faktor memanajemen pemberian pakannya. Karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya, jika pemberian pakan termanajemen dengan baik, maka pertumbuhan  udang yang dipelihara akan seragam. Selain itu juga dapat mengefisiensikan dalam pemberian pakan secara optimal, dan biaya pemeliharaan yang ekonomis.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, diketahui bahwa pakan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya, maka perlu ada manajemen yang baik dalam sektor ini, sehingga pakan yang digunakan dalam kegiatan budidaya dapat dioptimalkan. Oleh karna itu, penulis tertarik untuk mempelajari manajemen pakan pada pendederan udang windu (Penaus monodon) yang dilaksanakan di Balai Benih Ikan Pantai Sedau Kalimantan Barat.

1.2 Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang meliputi proses manajemen pakan pada pendederan udang windu adalah sebagai berikut:
1.      Jenis pakan
2.      Nutrisi pakan
3.      Dosis pakan
4.      Frekuensi pemberian pakan
5.      Cara pemberian pakan
6.      Pertumbuhan

1.3 Tujuan
Pelaksanaan praktek kerja lapangan III yang dilakukan di Balai Benih Ikan Pantai Sedau bertujuan sebagai berikut.:
1.    Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman dilapangan tentang manajemen pakan pada pendederan udang windu.
2.    Mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan yang timbul dilapangan dan cara menanggulanginya secara efktif
3.    Dapat mengetaui aspek-aspek dalam manajemen pakan pada pendederan udang windu.
4.    Dapat membandingkan dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan dengan yang dilapangan.

1.4 Manfaat
Dengan di lakukannya PKL III ini, tentunya memiliki manfaat sebagai berikut:
1.    Dapat melakukan manajemen pakan pada pendederan udang windu yang diterapkan di Balai Benih Ikan Pantai Sedau.
2.    Mahasiswa menjadi terampil dalam menangani rantai proses manajemen pakan pada pendederan udang windu secara keseluruhan.

1.5 Waktu dan tempat
Praktek  Kerja Lapangan III ini khususnya dalam “Manajemen Pakan pada Pendederan  Udang Windu (Panaeus monodon)” akan di laksanakan pada tanggal 25 Juni 2012 sampai 08 Juli 2012 dan tempatnya di Balai Benih Ikan Air Pantai Sedau, Provinsi Kalimantan Barat.






















 2..TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Klasifikasi
Menurut Martosoedarmo dan Ranoemihardjo (1983) Udang windu tergolong kedalam :
Filum       :   Arthropoda
Klas         :   Crustacea
Sub klas   :   Malakostraca
Ordo        :   Decapoda
Sub ordo  :   Matantia
Famili       :   Penaeidae
                                                                 Genus       :   Penaeus atau panaied
Species        : Penaeus monodon
                            
2.2  Morfologi Udang  Windu








Gambar 1. Morfologi Udang Windu (Penaeus monodon)
Ditinjau dari morfologinya, (Gambar 1), tubuh udang windu terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian kepala yang menyatu dengan bagian dada (kepala-dada) disebut cephalothorax dan bagian perut (abdomen) yang terdapat ekor di bagian belakangnya. Semua bagian badan beserta anggota-anggotanya terdiri dari ruas-ruas (segmen). Kepala-dada terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya sendiri 5 ruas dan dadanya 8 ruas, Sedangkan bagian perut terdiri atas segmen dan 1 telson. Tiap ruas badan mempunyai sepasang anggota badan yang beruas-ruas pula (Suyanto dan Mujiman, 1994).
Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton, yang terbuat dari zat chitin. Bagian kepala ditutupi oleh cangkang kepala (karapas) yang ujungnya meruncing disebut rostrum. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini memudahkan mereka untuk bergerak (Suyanto dan Mujiman, 1994). Udang betina lebih cepat tumbuh daripada udang jantan, sehingga pada umur yang sama tubuh udang betina lebih besar daripada udang jantan (Soetomo, 2000).
Di bagian kepala sampai dada terdapat anggota-anggota tubuh lainnya yang berpasang-pasangan. Berturut-turut dari muka ke belakang adalah sungut kecil (antennula), sirip kepala (scophocerit), sungut besar (antenna), rahang (mandibula), alat-alat pembantu rahang (maxilla), dan kaki jalan (pereiopoda). Di bagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda). Ujung ruas ke-6 arah belakang membentuk ujung ekor (telson). Di bawah pangkal ujung ekor terdapat lubang dubur (anus). Udang jantan biasanya lebih besar, tubuh langsing, ruang bawah perut sempit, sedangkan udang betina gemuk karena ruang perutnya membesar. (Soetomo, 2000). Alat kelamin jantan disebut petasma yang terdapat pada pangkal periopoda kelima, sedangkan alat kelamin betina disebut thelicum yang terdapat pada pangkal periopoda ketiga (Suyanto dan Mudjiman, 1994).

2.3 Sifat Udang Windu
Udang windu merupakan salah satu contoh udang laut dan sebagai penghuni dasar laut, udang penaidae mencari makan ditempat yang dalam didasar laut. Ketika masih muda lebih menyukai tempat-tempat yang dangkal bahkan pantai atau air payau. Menurut Slamet Soeseno (1988), menyatakan bahwa udang windu (Penaeus monodon) dapat hidup pada kisaran salinitas 3 ppt – 35 ppt. Dalam waktu 6 bulan dapat mencapai 120 gram/ekor mulai dari benih berukuran 2 cm.
Udang windu bila dibudidayakan secara baik, terpenuhi segala kebutuhan hidupnya, tidak ada gangguan lingkungan maka akan mampu berkembang dengan pesat, senang sekali hidup di dasar perairan atau tambak, memiliki sifat kanibalisme, dalam keadaan airnya jelek dan kurang makanan, tubuh udang akan menjadi lunak dan gembos karena itu daging udang hanya berisi air, secara alami menyukai moluska, kepiting-kepiting kecil, ikan-ikan kecil, dan udang kecil sebagai makananya, sangat sensitive terhadap pengaruh kebocoran tanggul, bersifat euryhalin artinya sangat tahan terhadap perubahan salinitas yang tinggi sampai 35 ppt. apabila melebihi maka pertumbuhan akan terhambat, selain itu juga udang windu bersifat eurythernal yaitu tahan terhadap perubahan suhu.

2.4  Daur Hidup Udang Windu
Udang windu sebagai larva nauplius, mereka berganti kulit (moulting) selama 6 kali dan menjadi naupli sub stadium VI dalam waktu 2 hari. Perkembangan udang windu dimulai dari larva, nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile dan dewasa. Pada saat memijahnya udang windu terjadi di laut sedangkan ketika dewasa mereka hidup di pantai bahkan payau.



                                                                                                




Gambar 2. Daur hidup udang windu (Penaeus monodon)
Pada waktu naupli tidak  membutuhkan makanan, tetapi pada waktu zoea udang windu mulai makan. Makanan yang diberikan dengan kepadatan 200 ekor/liter dapat diberikan berupa Skeletonema costatum sebanyak 50.000 sel/ml. untuk  zoea II mula-mula dapat diberikan Tetraselmis sebanyak 5.000 sel/ml sampai 20.000 sel/ml. zoea III diberikan Brachionus plicatilus sebanyak 20 ekor/ml atau minimal 10 ekor/ml. pemberian pakan ini dipertahankan sampai mysis. Kemudian selanjutnya diberikan anakan Artemia salina sampai kepadatan 3-4 ekor/ml.

2.5   Makan dan Kebiasaan Makan
Udang windu bersifat omnivor, pemakan detritus dan sisa-sisa organik baik hewani maupun nabati. Udang ini mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri dengan makanan yang tersedia di lingkunagnnya, tidak besifat terlalu memilih-milih (Dall dalam Toro dan Soegiarto, 1979). Sedang pada tingkat mysis, makanannya berupa campuran diatome, zooplankton seperti balanus, veligere, copepod dan trehophora (Vilalez dalam Poernomo, 1976).
Udang windu merupakan organisme yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Jenis makanannya sangat bervariasi tergantung pada tingkatan umur. Pada stadia benih, makanan utamanya adalah plankton (fitoplankton dan zooplankton). Udang windu dewasa menyukai daging binatang lunak atau moluska (kerang, tiram, siput), cacing, annelida yaitu cacing Polychaeta, dan crustacea. Dalam usaha budidaya, udang windu mendapatkan makanan alami yang tumbuh di tambak, yaitu klekap, lumut, plankton, dan benthos. Udang windu akan bersifat kanibal bila kekurangan makanan (Soetomo, 2000).

2.6 Kualitas Air
Menurut Suyanto dan Mudjiman (1999), faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari udang, faktor  ̶ faktor lingkungan mempunyai pengaruh terhadap metabolisme dari udang. Kualitas air merupakan salah satu faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang windu. Sekalipun udang windu mempunyai kemampuan mentolerir beberapa parameter air yang cukup luas, namun untuk pertumbuhannya, maka kisaran kualitas air optimum perlu dipertahankan dan dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Tabel 1 Parameter Kualitas Air
Parameter
Kisaran Pertumbuhan
Optimum
Oksigen Terlarut (ppm)
3 ̶ 7
< 4
Suhu (°C)
24 ̶ 34
28 ̶ 31
Salinitas (ppt)
10 ̶ 30
30 ̶ 40
Kekeruhan (cm)
30 ̶ 60
30 ̶ 40
pH air
7 ̶ 9
7,5 ̶ 8,5
NH3 (ppm)
̶
< 0,1
 Sumber : kordi. H (2007)

2.7 Manajemen Pemberian pakan
2.7.1 Jenis-jenis pakan
Pekan terdiri dari dua jenis yaitu pakan alami dan buatan. Pada pakan alami banyak digunakan pada saat udang masih berukuran kecil, pada fase ini udang bersifat herbivora atau pemakan tumbuhan dan memakan fitoplankton. Sedangkan pemberian pakan buatan didasarkan pada sifat dan tingkah laku pada udang. Udang windu mengenali keberadaan pakan dengan bantuan organ chemoreceptor yang berupa antenna, digunakan untuk mencium aroma makanan. Untuk pakan buatan yang berbentuk pellet, penentuan pakan didasarkan pada aroma, juga harus dipertimbangkan hal lainnya yaitu, pakan yang diberikan harus tenggelam bila ditebar dan pakan harus memiliki kestabilan atau daya tahan yang baik. (Suyanto SR,dan Mujiman A, 1999).
Menurut Soetomo M (2000), mengingat pakan buatan merupakan pakan utama yang menjadi andalan dalam memacu pertumbuhan dan kesehatan udang windu, maka pembuatan dan pemilihannya harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Pakan disukai udang windu. Dengan pemberian pakan yg disukai udang windu agar pakan yg diberikan dapat tercerna selurunya.
a.    Pakan memiliki sifat mudah dicerna dan tidak mudah rusak dalam air.
b.    Pakan memiliki kandungan nutrisi yang diperlukan oleh udang windu.
c.    Pakan yang diberikan harus memiliki ukuran yang sesuai dengan pertumbuhan udang.  Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan udang untuk mencerna makanan. Bentuk remah atau tepung diberikan untuk udang yang masih berupa larva (pascalarva), sedangkan pakan berbentuk butiran halus diberikan pada udang sesuai dengan umurnya.

2.7.2 Nutrisi Pakan
Menurut Amri K (2006), kandungan nutrisi pakan yang diberikan kepada udang windu sangat tergantung pada umur dan stadium udang windu yang dipelihara dan laju pertumbuhannya. Udang windu stadium muda memerlukan kandungan gizi, terutama protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan udang windu dewasa. Kandungan protein yang diperlukan oleh udang dewasa sebanyak 36% dan 40% untuk udang muda, dengan catatan kandungan asam amino esensialnya lengkap.

2.7.3 Dosis pemberian pakan
Menurut Suyanto SR, dan Mujiman A, (1999), pemberian pakan buatan dapat dilakukan padasaat penebaran benur sampai dengan pemanenan. Namun ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus diberikan dengan cermat dan tepat, sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan (underfeeding) atau kelebihan pakan (overfeeding). Underfeeding bias menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat, ukuran udang tidak seragam, tubuh tampak keropos, dan timbul kanibalisme. Sementara overfeeding menyebabkan kualitas air menjadi jelek.
Jumlah atau dosis pakan adalah jumlah takaran makanan yang diberikan kepada ikan atau udang. Tujuan diketahuinya dosis adalah agar jumlah makanan yang diberikan tidak kelebiha dan kekurangan. Dosis pakan yang diberikan harus sesuai dengan berat tubuh udang. Jumlah atau dosis pakan yang diberikan setiap hari dipengaruhi oleh ketersedian pakan alami. Dosis pakan yang diberikan berfariasi, tergantung jenis pakan udang dan laju pertumbuhannya. Ketika udang msih kecil (benur) jumlah pakan yang diberikan 15-20% dari berat badannya perhari, makin besar ukuran udang persentase pakan yang diberikan terhadap berat badannya semakin kecil.
2.7.4 Frekuensi Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore. Berdasarkan kebiasaan makan dan sifat udang tersebut, Amri K (2006), menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan kepada udang windu adalah 4-6 kali perhari, dengan demikian, pakan udang windu sebaiknya disediakan sepanjang waktu terutama pada malam hari. Dari segi keperaktisan, pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada pukul 10.00, 17.00, 22.00, dan 24.00. Jika lima kali sehari, dilakukan pada pukul 10.00, 16.00, 20.00, 24.00, dan 05.00. Sementara itu jika pakan diberikan 6 kali sehari, sebaiknya dilakukan pada pukul 05.30, 11.00, 16.00, 20.00, 24.00, dan 03.00.

2.7.5 Cara Pemberian Pakan
Prinsip dasar pemberian pakan udang windu adalah pakan yang diberikan harus tepat sasaran. Artinya, pakan yang diberikan hendaknya mudah dicapai udang. Ada dua cara pemberian pakan yang lazim dilakukan, yakni penebaran langsung keseluruh tambak dan penggunaan tempat khusus yang disebut dengan anco.

2.7.6 Perhitungan Pakan
Perhitungan pakan dilakukan dengan tujuan agar pakan yang diberikan dapat efisien dan berdaya guna. Perhitungan tersebut melipu seperti feeding rate. Menurut Khairuman dan Amri K (2002), feeding rate merupakan jumlah rata-rata yang diberikan pada udang tiap harinya. Dalm perakteknya, baik pakan alami maupun pakan buatan yang diberikan pada udang sebanyak 3-5 % dari bobot udang perhari.

















3.      METODOLOGI

3.1 Objek PKL
       Objek pada Praktek Kerja Lapangan III ini adalah “Manajemen Pakan pada pendederan Udang Windu (Panaeus monodon)” di Balai Benih Ikan  Pantai Sedau Provinsi Kalaimantan Barat di Sasaran utama praktek kerja lapangan ini di tekankan pada aspek teknis sedangkan aspek sosial dan ekonomi akan dibahas secara umum.

3.2    Metode Penelitian
       Metode yang digunakan pada kegiatan praktek kerja lapangan III ini adalah menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang diambil dengan menggunakan observasi, partisipasi dan wawancara terhadap suatu kedaan. Dimana pada metode ini pengambilan data dengan melakukan pangamatan terhadap suatu keadaan yang sebenarnya dan diperoleh secara langsung, data yang diambil berupa data primer dan data sekunder (Marzuki, 2005).

3.3    Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Data Primer
   Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari lapangan. Pengambilan data primer adalah pengambilan data yang dilakukan dengan pengamatan atau observasi langsung dilapangan, wawancara, serta partisipasi langsung mengenai aktivitas di lapangan.
Dalam pengumpulan data primer dapat mempergunakan metode sebagai berikut:
1.             Pengamatan atau observasi langsung di lapangan, yaitu berbagai kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi sebagai jenis objek yang diamati di lokasi.
2.             Wawancara adalah kegiatan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan. Proses wawancara dilakukan langsung dengan teknis yang dinilai dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan.
3.             Partisipasi adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan di lapangan meliputi kegiatan operasional.
Adapun data primer yang diambil adalah tentang manajemen pakan pada pendederan udang windu yang meliputi, jenis pakan apa saja yang cocok untuk pendederan udangwindu, lalu nutrisi yang terkandung pada pakan, kemudian mengetahui cara menentukan frekuensi pemberian pakan beserta dosisnya, setelah itu cara pemberian pakannya dan mengetahui pertumbuhannya.
3.3.2    Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan untuk memperkuat atau data yang mendukung hasil yang diperoleh dari lapangan. Data sekunder ini dapat diperoleh dari buku sebagai literatur yang berhubungan langsung dengan kegiatan ini.
Data sekunder yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1.    Keadaan umum lokasi
2.    Struktur organisasi
3.    Sarana dan prasarana manajemen pakan pada pendederan udang windu
4.    Teknik manajemen pakan pada pendederan udang windu
5.    Data-data lain yang menunjang tentang teknik manajemen pakan pada pendederan udang windu











4.      HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Diskripsi Data
4.1.1 Jenis-jenis pakan
Pakan yang digunakan pada pendederan udang windu PL (post larva) 18 di hatchery BBIP sedaw adalah pakan buatan yang berbentuk tepung atau serbuk sesuai dengan umur udang. dan dapat dilihat pada table.1dibawah ini :
Tabel 1. Jenis pakan
Berat udang
Pakan
0,02 – 0,2 gr
DO-A Tepung

4.1.2 Nutrisi pakan
Nutrisi sangat penting bagi pertumbuhan udang windu, karena nutrisi banyak mengandung lemak, protein, serat kasar, kadar air, dan abu yang bermanfaat sebagai penunjang pertumbuhan udang tersebut. Untuk lebih jelas lagi nutrisi pakan dapat dilihat pada tabel. 2 dibawah ini :

 Tabel 2. Nutrisi pakan
Protein
Lemak
Serat kasar
Abu
Kadar air
min 40
min 6
Maks 3
Maks 13
Maks 11
Sumber : komposisi pakan DO-A

4.1.3 Dosis Pemberian Pakan
Dosis pakan sangat berperan penting untuk pertumbuhan optimal udang windu. Oleh karena itu dalam pemberian pakan yang dilakukan di BBIP Sedaw harus sesuai dengan perhitungan dosis yang sudah ditetapkan yaitu 3-5%, dengan penebaran sebanyak 5.754 ekor. Dapat dilihat pada Tabel.3 dibawah ini :
Tabel 3. Dosis pakan
Jenis pakan
Umur udang
Pakan (gr)
Frekuensi
DO – A Tepung
Pl 18
9 gr
4 kali

4.1.4 Frekuensi Pemberian Pakan
Pada kegiatan pendederan udang windu diperlukan frekuensi waktu pada pemberian pakan udang windu, dalam satu harinya. Untuk lebih jelasnya frekuensi pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel. 4 dibawah ini:

Tabel. 4 Frekuensi dan waktu pemberian pakan
Umur udang
Frekuensi
waktu
Pl 18
4 kali
Pkl. 06.00, 12.00, 18.00 dan 23.00

4.1.5 Cara pemberian Pakan
Cara pemberian pakan juga sangat perlu di perhatikan dari bahan pakan hingga peralatan yg akan digunakan. Dapat dilihat pada Tabel.5 di bawah ini:

Tabel. 5 Cara pemberian pakan
Jenis pakan
bahan
alat
keterangan
DO – A Tepung
Dosis 3-5%
Pakan
air
Timbangan digital
Sendok
Ember
gayung
Timbang pakan, lalu diaduk dengan air setengah ember, kemudian disebarkan keseluruh bak beton dengan merata.

4.1.6 Pertumbuhan
Pada pendederan kita juga perlu mengetahui pertumbuhannya seperti panjag udang tersebut, agar kita mengetahui pertumbuhan panjang udang dari awal dilakukannya penebaran. Dapat dilihat data laju pertumbuhan udang windu pada tabel. 6 dibawah ini :
Tabel. 6 Pertumbuhan
sampling
Titik sampel
Jumlah
Rata-rata
Jumlah pertumbuhan/ 5 hari (%)
Sampling I
10
13 cm
1,3 cm
57 %
Sampling II
10
18,7 cm
1,87 cm

4.2      Analisis Data
4.2.1 Jenis-jenis pakan
Pakan yang digunakan dalam kegiatan pendederan udang windu di BBIP Sedau adalah pakan buatan yang diproduksi oleh perusahaan  yang berbentuk tepung. Pemberian pakan yang dilakukan sesuai dengan bukaan mulut udang. Untuk jenis pakan tepung diberikan pada saat udang berukuran kecil. Pemberiannya dilakukan dengan cara mencampurkan pakan tersebut dengan air terlebih dahulu dengan tujuan agar pakan dpat tersebar dengan merata keseluruh bak beton.
 Hal ini sesuai dengan pendapat Tirta (2006) dalam armansyah (2007), pemberian pakan untuk udang harus sesuai dengan bukaan mulut udang.

4.2.2   Nutrisi Pakan
kandungan nutrisi pakan yang diberikan kepada udang windu sangat tergantung pada umur dan stadium udang windu yang dipelihara dan laju pertumbuhannya. Udang windu stadium muda memerlukan kandungan gizi, terutama protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan udang windu dewasa. Kandungan protein yang diperlukan oleh udang dewasa sebanyak 36% dan 40% untuk udang muda, dengan catatan kandungan asam amino esensialnya lengkap. Murtidjo BA (2001), menyatakan bahwa kadar protein yang dibutuhkan udang adalah sebanyak 47 %,  kadar lemak dan karbohidrat adalah 40-50 %, sedangkan mineral dan vitamin adalah sebanyak 5-10%.
Dilokasi praktek BBIP Sedau jumlah nutrisi pakan yang dibutuhkan pada pendederan udang windu sudah sangat tepat, karena kandungan nutrisi yang dibutuhkan sudah tercantum dikemasan pakan tersebut.

4.2.3   Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore. Berdasarkan kebiasaan makan dan sifat udang tersebut, Amri K (2006), menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan kepada udang windu adalah 4-6 kali perhari, dengan demikian,  pakan udang windu sebaiknya disediakan sepanjang waktu terutama pada malam hari. Prinsip dasar pemberian pakan udang windu adalah pakan yang diberikan harus tepat sasaran. Artinya, pakan yang diberikan hendaknya mudah dicapai udang. Ada dua cara pemberian pakan yang lazim dilakukan, yakni penebaran langsung keseluruh permukaan bak beton.
Dilokasi praktek, cara pemberian pakan dilakukan dengan menebarkan pakan keseluruh permukaan bak beton, mengingat pakan yang diberikan bersifat serbuk atau tepung, maka dari itu pakan yang akan diberikan harus dicampurkan dengan air terlebih dahulu kemudian diaduk hingga merata, sehingga pada saat menebarkan pakan dapat merata keseluruh bak beton.

4.2.4  Dosis Pemberian Pakan
Dosis pakan yang diberikan kepada udang windu di lokasi praktek sudah tepat karena mengikuti jumlah dosis yang tertera di kemasan pakan. Dosis pakan yang digunakan di BBIP Sedau adalah 3-5 % pada ukuran udang PL (post larva) 18, dengan jumlah tebar sebanyak 5.754 ekor.  untuk menghitung dosis pakan yang akan diberikan pada udang pertama-tama harus menentukan berapa persen dosis yang akan digunakan kemudian dosis yang telah ditentukan kemudian dikalikan dengan volume air pada bak beton. jadi pada setiap kali pemberian pakan yang dilakukan dilokasi praktek sebanyak 9 gram pada satu bak beton dengan volum air sebanyak 3000 liter.

4.2.4   Frekuensi Pemberian Pakan
Pada lokasi praktek, frekuensi pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari sesuai dengan jam yang telah ditentukan oleh teknisi disana, mulai dari pukul 06.00, 12.00, 18.00, 23.00
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Suprapto (2006) dflam Armnsyah (2007), udang adalah hewan air yang makan secara terus menerus diperlukan waktu untuk makan kurang lebih selama 2 jam untuk makan hingga kenyang, dan mencernanya kurang lebih selama 2 jam. Jumlah pemberian pakan pada siang hari jumlahnya lebih banyak, karena pada waktu siang nafsu makan udang sangat tiggi.
Namun untuk malam hari  jumlahnya dikurangi karena pada waktu malam hari energi yang digunakan untuk bersaing dengan plankton dalam mengkonsumsi oksigen. Tetapi dilapangan teknisi menganjurkan untuk memberi makan udang pada malam hari jumlahnya lebih banyak dengan alasan bahwa udang windu bersifat nocturnal.

4.2.5   Pertumbuhan
Pada pendederan kita juga perlu mengetahui pertumbuhannya seperti panjag udang tersebut, agar kita mengetahui laju pertumbuhan dari awal dilakukannya penebaran. Dilokasi praktek data laju pertumbuhan yang diambil adalah dari segi pertumbuhan panjang tubuh udang windu, yang dilakukan dengan cara melakukan sampling diawal penebaran kemudian mengambil sampel degan 10 titik sampel pada area bak beton, lalu dilakukan pengukuran panjang tubuh udang dengan penggaris centi meter (cm).
melakukan sampel yang ke 2 pada hari ke 5 dengan menggunakan cara yang sama pada penjabaran di atas. Setelah mendapatkan hasil sampel 1 dan sampel 2 kemudian sampel akhir di kurangi sampel awal, kemudian di kalikan 100% maka dapatlah jumlah laju pertumbuhan dalam bentuk persen.























5. PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Dari hasil yang dicapai Praktek Kerja Lapangan III (PKL III) di Balai Benih Ikan Pantai Sedau Kota Singkawang, maka kesimpulan yang dapta diambil adalah sebagai berikut:
1.        Jenis pakan yang digunakan di BBIP Sedau adalah DO-A Tepung. Pakan yang diberikan sesuai dengan bukaan mulut udang dan umur udang.
2.        Pemberian pakan terhadap pendederan udang windu menggunakan dosis 3-5 % dengan 4 kali frekuensi. Pada pukul 06.00, 12.00, 18.00, dan 23.00.
3.        Pertumbuhan yang diambil adalah pertumbuhan panjang tubuh pada udang windu. yang diambil dari awal penebaran kemudian mengambil sempel ke 2 yang dilakukan pada hari ke 5 pemeliharaan.

5.2    Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk manajemen pakan di bak beton BBIP Sedau Kota Singkawang adalah sebagai berikut :
1.        Membuat daftar pemberian pakan setiap kali pemberian, beserta mencantumkan cara mencari dosis pakan yang akan diberikan. dan agar memudahkan setiap orang yang praktek di BBIP Sedau
2.        Selalu memperhatikan dalam pemberian pakan setiap harinya dalam menyebarkan pakan dengan merata keseluruh bak beton. Sehingga tidak terjadinya kanibalisme yang dikarenakan pemberian pakan yang tidak merata.






   DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2000. Paket Usaha Pembenihan Udang Windu (Penaeus monodon). BBPBAP Jepara.

Murtidjo. 2003. Benih Udang Windu Skala Kecil. Kanisius.

Sumeru, SR dan Suzi Anna. 1999. Kualitas Air Udang Windu (penaeus monodon). Kanisius. Jakarta.

Rachmatun S. dan Mujiman A, 2003. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya.

Tricahyo. 1994. Biologi Udang Windu (penaeus monodon). Akademika Pressindo. Jakarta.

Ir. Sumeru Sri Umiyati, Dra. Suzy ana. 1999. Parameter Kualitas Air Udang Windu (Penaeus monodon). Kanisius. Yogyakarta.

 Anonymous. Paket Teknologi Pentokolan Udang Windu (Penaeus monodon) di Bak Terkendaki. BBPBAP Jepara.

Prahasta A. dan Masturi H, 2009. Agribisnis Udang Windu. Pustaka Grafika.

Eddy A. dan Evi L, 1999. Teknik Pembuatan Tambak Udang. Kanisius.     Yogyakarta.










LAMPIRAN 1. Keadaan Umum Serta Sarana Dan Prasarana

A.    Keadaan Umum Lokasi
Sebagai kawasan pesisir pantai, sektor yang memiliki peran besar baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun perekonomian adalah sektor kelautan, dimana masyarakat dikawasan ini rata ̶ rata bermata pencaharian sebagai nelayan.
Balai Benih ikan Pantai (BBIP) terletak di desa Teluk Karang Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan Kota singkawang Kalimantan Barat. Lokasi yang berhadapan langsung dengan laut cina selatan dengan dasar pantai pasir berlumpur dengan kedalaman 2–3 meter dengan lokasi seluas 4,5 Hektar. Lokasi BBIP yang berdekatan dengan sungai Sedau menyebabkan salinitas berkisar 26–33 ppt dan laju sedimentasi pantai yang cukup tinggi.
Balai Benih ikan Pantai (BBIP) dilengkapi dengan bak induk, bak pemijahan, bak pendederan, bak larva, bak fitoplankton, bak zooplankton, bak filter pasir, bak pakan fiber, laboratorium pakan, semi outdoor hatchery dan prasarana pendukung kegiatan budidaya. Di BBIP ini juga dilengkapi dengan mess, rumah jaga, dapur, dan fasilitas pendukung lainnya.

B.     Sejarah Berdirinya Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sedau
BBIP Singkawang didirikan pada tahun 2003 diatas lahan seluas 4,5 Hektar yang terletak di desa Sedau, Kecamatan singkawang selatan, yang berhadapan langsung dengan laut cina selatan.
BBIP Singkawang mulai beroperasi pada tahun 2006, setelah 4 tahun pembangunan fisik, kegiatan operasional meliputi pendederan ikan kerapu pada tahun 2006 dan 2007, pendederan udang vanname sampai pada tahun 2009, pendederan ikan bandeng tahun 2010, pembenihan udang windu dimulai dari tahun 2007 hingga sekarang, serta pembenihan ikan kakap putih pada tahun 2011 hingga sekarang.


C.    Tugas Pokok dan Fungsi
Adapun tugas pokok dan fungsi BBIP Sedau adalah sebagai pusat pelayanan masyarakat pembudidaya air payau dalam penyediaan benih dan penyedia alih teknologi terapan dalam pengembangan kawasan budidaya air payau di Kalimantan Barat, dengan aktivitas utama yaitu perekayasaan teknologi budidaya air payau dan produksi benih. Adapun kegiatan tersebut meliputi :
1.    Pengembangan teknologi budidaya air payau berbasis agribisnis yang berdaya saing, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
2.    Percepatan alih teknologi pembenihan ikan air payau kepada unit pembenihan rakyat yang ada di Kalimantan Barat.
3.    Pemenuhan kebutuhan benih ikan air payau di Kalimantan Barat.
4.    Penerapan BBIP Sedau sebagai penerapan layanan standarisasi teknologi budidaya air payau.
5.    Peningkatan produksi benih komoditas air payau ekonomis penting.
6.    Peningkatan layanan informasi teknologi dan pengawasan budidaya air payau.
7.    Peningkatan sumber daya manusia dan kelembagaan.

D.    Letak Geografis dan Sarana BBIP Sedau
Lokasi BBIP Sedau berada pada wilayah kota Singkawang. Secara adminstratif berada di Desa Teluk karang Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Pemerintahan Kota Singkawang. Sedangkan jarak lokasi dengan kota Singkawang adalah 15 Km dan jarak dengan kota Pontianak adalah 145 Km, dengan jarak lokasi di atas merupakan faktor non teknis dalam keberhasilan operasional BBIP Singkawang terkait.
Sarana yang dimiliki BBIP Singkawang ini berupa lahan seluas 4,5 Hektar yang terdiri dari bak induk, bak pemijahan, bak pendederan, bak larva, bak fitoplankton, bak zooplankton, bak filter pasir, bak pakan fiber, laboratorium pakan, semi outdoor hatchery dan prasarana pendukung kegiatan budidaya. Di BBIP ini juga dilengkapi dengan mess, rumah jaga, dapur, dan fasilitas pendukung lainnya.
Gambar 2. Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sedau

D.  Stuktur Organisasi Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sedau

SEKSI
PRODUKSI DAN LINGKUNGAN



KEPALA
BALAI BENIH IKAN PANTAI


SEKSI
ADMINISTRASI DAN TATA USAHA



SEKSI
STANDARISASI DAN PELAYANAN TEKNIS


Gambar 3. Stuktur Organisasi Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sedau
Tabel 6. Nama dan Pendidikan Terakhir dari Struktur  Organisasi Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sedau
No
Nama
Pendidikan Terakhir
1
Saifullah Siregar, S.St.Pi
STP
2
Sinar Suryadi, S.Pi
S.1 Perikanan
3
Herianto, A.Md
D.3 Perikanan
4
Jumadi, A.Md
D.3 Perikanan
5
Sepri Maradona, A.Md
D.3 Perikanan
6
Akong Jerry
SMU / SMK
7
Andi
SUPM
Sumber : Data Primer BBIP Sedau (2012).

E.  Sarana dan Prasarana
1.    Fasilitas Pokok
Tabel 7. Fasilitas Pokok Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sedau
No.
Nama Barang
Spesifikasi
Volume
Kondisi
1.
Bak larva
5 x 2 x 1,2 m
20
Baik
2.
Bak fitoplankton
4 x 9 x 1,2 m
6
Baik
3.
Bak zooplankton
10 x 14 x 1,2 m
4
Baik
4.
Bak pengendapan, Filter, dan Reservoar
4,5 x 4,5 x 2 m
3
Baik
5.
Laboratorium pakan
-
1
Baik
6.
Semi outdoor hatchery
-
1
Baik
7.
Bak induk ikan
Diameter 10 x 3 m
3
Baik
8.
Bak filter pasir
-
1
Baik
9.
Bak induk udang
4 x 4 x 0,6 m
1
Baik
10.
Bak pemijahan
1,5 x 1,5 x 1,2 m
4
Baik
11.
Bak pendederan
1,5 x 3 x 0,6 m
5
Baik
12.
Bak pakan fiber alami
1000 liter
10
Baik
13
Akuarium

3
Baik
Sumber : Data Primer BBIP Sedau (2012).

2.    Fasilitas Penunjang
Tabel 8.  Fasilitas Penunjang Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sedau
No.
Nama Barang
Spesifikasi
Volume
Kondisi
1.
Bangsal bak larva
26 x 13 m
1
Baik
2.
Rumah genset
4 x 3 m
2
Baik
3.
Rumah pompa
-
3
Baik
4.
Rumah blower
4 x 3 m
1
Baik
5.
Rumah jaga
6 x 4 m
1
Baik
6.
Jalan lingkungan
604 m
-
Baik
7.
Areal parker
4 x 8 m
-
Baik
8.
Kantor
-
1
Baik
9.
Pos satpam
-
1
Baik
10.
Rumah pimpinan
-
1
Baik
11.
Mess karyawan
-
1
Baik
12
Kipas angin
Standing
2
Baik
13
Kompor gas
Portable sanyo
1
Baik
14
Tabung gas LPG
12 kg
1
Baik
15
Rice cooker
Automatic maspion
2
Baik
16
Dispenser duduk
Hot cold + gallon
1
Baik
17
TV 21 inch
Sharp
1
Baik
19
Matras tidur
Busa
4
Baik
20
White board
Tempel
1
Baik
Sumber : Data Primer BBIP Sedau (2012).

3.    Peralatan Pembenihan
Tabel 9. Peralatan Pembenihan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sedau
No.
Nama Barang
Spesifikasi
Volume
Kondisi
1.
Pompa laut
2 inchi
2
Baik
2.
Pompa transfer
1 inchi
4
Baik
3.
Selang pompa
1 inchi
6
Baik
4.
High blower
LP 100
5
Baik

  












Lampiran 2 : Data Sampling Pertumbuhan Panjang Udang Windu

1.       Sampling awal pertumbuhan
No
(cm)
 1
1,5
2
1,3
3
1,4
4
1,1
5
1,2
6
1,2
7
1,5
8
1,5
9
1
10
1,3
jmlh
13
Rata-rata
1,3

Sampling Panjang awal pendederan pl 18
Jumlah sampling : jumlah titik sampling
13 cm : 10 titik sampel = 1,3 cm

2.    Perhitungan dosis pakan
Pemberian pakan yang dilakukan pada pendederan udang windu dosis yang digunakan adalah 3-5 %
Perbandingan :      

Jadi cara perhitungan pakannya adalah :
=  3 ppm x 3000 L
= 9 gram




3.      Perhitungan sampling ke 2
No
(cm)
 1
2,1
2
2
3
2,1
4
2
5
1,8
6
1,7
7
1,9
8
1,9
9
1,7
10
1,5
jmlh
18,7
Rata-rata
1,87




















Sampling Panjang awal pendederan pl 18
Jumlah sampling : jumlah titik sampling
18,7 cm : 10 titik sampel = 1,87 cm

Laju pertumbuhan = rata-rata sampel akhir – sampel awal penebaran x 100%

                               = 1,87 – 1,3 x 100%
                               = 0,57 x 100%
                               = 57 %














Lampiran 3. Dokumentasi

                                                            













 


                                                                                                          
                                                                    












 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar