Senin, 23 Maret 2015

MAKALAH
APLIKASI IKAN TERHADAP PERGERAKANNYA





MATA KULIAH EKOLOGI IKAN




DISUSUN OLEH :

ABAH MUHAMAD                         NIM. 141110686
MUHAMMAD ARIF                       NIM. 141110687
HEFNI WAHYUNINGSIH             NIM. 141110688
MICE MELANI                               NIM. 141110690




 















JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2015



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi. Gerakan hewan merupakan tindakan dari hewan untuk berpindah tempat dengan berbagai cara, termasuk berjalan, berenang, melompat dan terbang. Hewan bergerak untuk berbagai alasan, seperti  untuk menemukan makanan,  pasangan, atau tempat tinggal yang cocok, dan untuk menghindari predator. Untuk hewan kemampuan bergerak sangat penting untuk kelangsungan hidup (Anonimus 2015). Perbedaan tempat tinggal hewan, jenis makanan, dan cara mempertahankan diri menyebabkan mekanisme dan alat gerak hewan berbeda-beda.
Salah satu jenis gerakan hewan air adalah berenang, seperti yang dilakukan oleh ikan. Air memiliki kerapatan yang lebih besar dibandingkan udara sehingga hewan lebih sulit bergerak di air. Namun sebaliknya, air memiliki gaya angkat yang lebih besar dibandingkan dengan udara. Hewan air mampu bertahan karena adanya gaya angkat. Tubuh hewan air tidak lebih rapat dari lingkungan perairannya, dan harus mampu untuk mempertahankan posisinya di air (Anonimus 2015). Untuk  memudahkan bergerak di dalam air, ikan memiliki bentuk tubuh yang aerodinamis (streamline) untuk mengurangi hambatan ketika bergerak didalam air.Ekor dan sirip ekor yang lebar berfungsi untuk mendorong gerakan ikan dalam air. Sirip tambahan digunakan untuk mencegah gerakan yang tidak di inginkan. Gelembung renang untuk mengatur gerakan vertical. Dan ikan memiliki susunan otot dan tulang belakang yang flexsibel untuk mendorong ekor ikan di dalam air. (Anonimus 2015).
Sebagian besar ikan menggunakan gerakan lateral pada tubuh dan sirip ekornya untuk menghasilkan gaya dorong ke depan. Tetapi  ada juga yang bergerak menggunakan sirip pasangan dan sirip tengahnya. Ikan yang bergerak dengan sirip pasangan dan sirip tengah cocok untuk hidup di terumbu karang. Tapi jenis ikan ini tidak dapat berenang secepat ikan yang menggunakan tubuh dan sirip ekornya (Anonimus 2015).
Dari uraian diatas yang menjelaskan tentang pergerakan ikan sebagian besarnya menggunakan alat bantu berupa tubuh dan sirip-siripnya dalam melakukan pergerakan baik secara vertikal maupun horizontal, mengetahui hal tersebut maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang bagaimana aplikasi ikan tehadap pergerakannya.
B.       Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa budidaya perairan mengerti tentang apa saja aplikasi ikan terhadap pergerakannya. Sehingga mahasiswa dapat mengidentifikasi ikan tersebut dari tingkahlaku pergerakannya.
C.       Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan mahasiswa budidaya perairan tentang apa saja aplikasi ikan terhadap pergerakannya, sehingga mahasiswa dapat mengidentifikasi ikan berdasarkan pergerakannya.






















BAB II
PENGARUH BIOTIK DAN ABIOTIK TERHADAP PERGERAKAN IKAN

A.       Lingkungan Abiotik
Lingkungan abiotik adalah semua benda mati di permukaan bumi yang bermanfaat dan berpengaruh dalam kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. contoh lingkungan abiotik, misalnya tanah, air, udara, dan sinar matahari.
1.      Suhu
Suhu adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu perairan untuk mengukur temperatuh lingkkungan tersebut. Suhu merupakan salah satu faktoryang penting dalam suatu perairan karena suhu merupakan faktor pembatas bagi ekosistem perairan dan akan membatasi kehidupan organisme akuatik (Oudum, 1971). Menurut Sucipto dan Eko (2005) menyatakan bahwa suhu mematikan (lethal) hampir untuk semua spesies ikan bekisar 10-11ºC selama beberapa hari. Menurut Barus (2002), kisaran suhu air yang baik dalam perairan dan kehidupan ikan yaitu berkisar antara 23-32ºC.
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Makhluk hidup memiliki suhu optimum untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan karena reaksi kimia dalam tubuh organisme dipengaruhi oleh kualitas suhu lingkungan. Pada umumnya organisme senang hidup di tempat yang suhunya antara 00-400C sebab pada suhu di atas 400C kebanyakan protein akan terurai dan rusak. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi suhu adalah lamanya penyinaran, kedudukan matahari tehadap bumi, dan cuaca.
Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–400C.hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C. hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya. Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas.Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah penyakit ternak serta parasit internal dan eksternal.Curah hujan dan angin juga dapat menjadi petunjuk orientasi perkandangan ternak. Selain perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
2.    Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem.Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu atau temporal. Cahaya  yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup adalah sinar matahari. Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu lingkungan. Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari,kelembaban, dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan pengaruh bagi organisme.
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup.  Cahaya matahari merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Jika tumbuhan tidak mendapatkan sinar matahari maka tumbuhan tidak dapat melakukan proses fotosintesis. Namun tidak semua spektrum sinar matahari berguna untuk fotosintesis, hanya spektrum merah, nila, dan biru yang dibutuhkan dalam fotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme. Organisme yang hidup di daerah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya onta yang merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub,karena hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki rambut yang tebal.
3.    Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem  termasuk makhluk hidup di dalamnya karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena itu,air merupakan komponen yang sangat vital bagi kehidupan Sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air. Meskipun demikian,kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara daerah satu dengan yang lainnya. Hal ini juga akan mempengaruhi cara hidup organisme yang ada di daerah-daerah tersebut. Misalnya hewan yang hidup di daerah gurun akan memiliki kapasitas penggunaan air yang relatif sedikit sebagai penyesuaian terhadap lingkungan hidupnya yang miskin air. Beberapa fungsi air adalah sebagai berikut :
-          Sebagai pelarut mineral-mineral
-          Sebagai tempat hidup atau habitat bagi organisme yang hidup di air
-          Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji
-          Beberapa dalam fotosintesis
-          Bagi manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia
-          Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
-          Mengabsorbsi temperature dengan baik/ mengatur temperature di dalam tanaman.
-          Menciptakan situasi temperatur yang konstan

Perubahan kehidupan dari air ke darat pada beberapa organism atau siklus organisme selalu terbentuk pada cara mengatasi kekurangan  air. Masalah lain yang dihadapi organisme darat di daerah kering adalah tanpa air tidak ada kehidupan dan sebaliknya, jika ada air maka aka nada kehidupan. Adapun sifa air terdiri atas :
      Sifat kimia air
Kepekatan air berhubungan dengan salinitas air, karena bervariasinya garam mineral yang terlarut dalam air. Hal ini sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme. Pola kehidupan orgnisme di air yang salinitasnya rendah sangat berbeda dengan pola kehidupan organism di air yang salinitasnya tinggi.
      Sifat jelek air
Aliran air yang deras, suhu air yang tinggi dan keberadaan air dalam setiap ekosistem sangat menentukan kelangsungan hidup semua organisme yang ada di dalamnya.. kandungan air di berbagai lingkungan berbeda. Oleh karena itu, pada kondisi lingkungan yang kandungan airnya berbeda akan ditemukan organisme yang berbeda.Seperti ikan yang hidup di air tawar berbeda dengan ikan yang hidup di laut.
4.     Angin
Angin berperan dalam menentukan kelembapan, dan berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. Angin akan mempengaruhi cara hidup organisme (tumbuhan).Organisme akan beradaptasi atau meyesuaikan diri dengan kondisi angin (lingkungan).Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya,membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang.


5.    Udara
Udara sangat penting bagi kehidupan di bumi ini.Oksigen yang kita gunakan untuk bernapas atau Karbondioksida yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis juga berasal dari udara. Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara.
6.    Tanah
Keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah.Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme terutama tumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan tumbuhan tersebut, artinya tanah mempengaruhi kelangsungan hidup organisme dalam suatu ekosistem. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Manusia dapat memanfaatkan tanah lebih besar dibandingkan dengan organism lain, namun perlakuan manusia yan berlebihan pada tanah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah dan tanah menjadi gersang. Tanah terbentuk dari proses pengahncran atau pelapukan dari batuan induk menjadi bentuk- bentuk berupa partikel yang sangat halus. Hujan, angin, air, suhu, aliran sungai, salju serta lumut kerak (Lichenes) merupakan factor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya tanah. Proses ini dikenal dengan istilah hancuran iklim.
       Tanah tersusun atas bahan-bahan sebagai berikut :
-          Mineral 45%
-          Bahan organik 5%
-          Air 25%
-          Udara 25%
Tanah meupakan medium yang porous. Dapat menahan air, dapat meneruskan sebagian yang berasal dari air hujan maupun air dalam tanah itu sendiri. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya.

7.    Ketinggian
Ketinggian suatu tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
8.    Garis Lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
9.    Kecepatan Arus
Arus merupakan faktor pembatas yang mempunyai peranan sangat penting dalam perairan, baik pada ekosistem mengalir (lotic) maupun ekosistem menggenang (lentic). Hal ini disebabkan karena adanya arus akan mempengaruhi distribusi organisme, gas-gas terlarut, dan mineral yang terdapat di dalam air (Barus, 2002).
Semakin tinggi kecepatan arus, kandungan oksigen terlarut dalam air yang sangat dibutuhkan oleh biota air dalam metabolismenya akan semakin banyak. Kecepatan arus berkurang seiring dengan penambahan kedalaman suatu perairan. (Siregar, 2004) mengklasifikasikan kecepatan arus sebagai berikut :
Tabel klasifikasi kecepatan arus di perairan
Kecepatan arus Kategori
1.       <10 cm/det Sangat lambat
2.       10-24 cm/det Lambat
3.       25-50 cm/det Sedang
4.       51-100 cm/det Kuat
5.       >100 cm/det Sangat kuat
10.  Warna Perairan
Warna perairan adalah warna yang secara visual yang dapat kita lihat dari sebuah perairan. Warna perairan dibagi menjadi dua yaitu warna tampak dan warna asli. Warna tampak adalah warna dari sebuah perairan yang disebabkan oleh partikel-partikel terlarut dan tersuspensi. Sedangkan warna asli merupakan warna yang disebabkan oleh bahan-bahan atau materi yang terbawa oleh aliran air sungai. Dalam perairan sungai, warna perairan dipengaruhi oleh materi-materi yang dibawa oleh aliran sungai.
11.  Kecerahan
Dalam hal ini kecerahan merupakan parameter fisika yang berhubungan dengan fotosintesis karena pengaruh penetrasi cahaya yang masuk ke dalam aliran sungai. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas (E. P. Odum, 1971)
B.       Lingkungan Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan.  Dalam ekosistem, produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme). Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi :
1.      Individu
Individu merupakan organisme tunggal. Contohnya seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia.
2.    Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu. Contohnya kumpulan ikan lumba-lumba, kumpulan pohon karet dll
3.    Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Contohnya komunitas ikan piranha di sungai Amazon.
4.    Ekosistem
Ekosistem adalah hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup dan lingkungannya.Contohnya ekosistem darat, ekosistem pantai dll


5.    Biosfer
Biosfer merupakan sistem kehidupan yang paling besar karena terdiri atas gabungan ekosistem yang ada di planet bumi.



























BAB III
ADAPTASI MORFOLOGI DAN TINGKAHLAKU PADA IKAN
A.      Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
1)      Memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan)
2)      Mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
3)       Empertahankan hidup dari musuh alaminya bereproduksi.
4)       merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya (Ewusie, 1990)
Menurut Ewusie (1990), organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Dalam beradaptasi, hewan memiliki toleransi dan resistensi pada kisaran :
1)      Zona Lethal
Kisaran ekstrim dari variabel lingkungan yang menyebabkan kematian bagi organisme.
2)      Zona Organisme
Kisaran intermedier dimana suatu organisme dapat hidup.
1.     Jenis Adaptasi
Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu: Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya. Adaptasi Fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak. Adaptasi Tingkah Laku adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara (Ewusie, 1990).
a)        Adaptasi Morfologi 
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.
b)       Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
c)       Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahluk hidup pada tingkah laku /  perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
2.      Biologi Ikan
Pisces (Ikan) merupakan super-kelas dari sub-filum Vertebrata yang memiliki keanekaragaman sangat besar (Sukiya. 2005; 33). Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia (Fujaya,1999 dalam Dhamadi. 2009).
Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air suhu air, seperti vertebrata poikiloterm lain suhu tubuhnya bersifat ektotermik, artinya suhu tubuh sangat tergantung atas suhu lingkungan (Sukiya.2005;9-10). Selanjutnya Sukiya menambahkan bahwa beberapa ikan mempunyai perilaku istimewa seperti ikan Glodok yang dapat berjalan di atas daratan dan memanjat pohon.
3.      Fisiologi Respirasi Ikan
Sebagai biota perairan, Ikan merupakan mendapatkan Oksigen terlarut dalam air. Pada hampir semua Ikan, insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari lingkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya (Fujaya. 1999; 103).
Menurut Sukiya (2005; 16), Setiap kali mulut dibuka, maka air dari luar akan masuk menuju farink kemudian keluar lagi melalui melewati celah insang, peristiwa ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filamen ikan. Selanjutnya Sukiya menambahkan bahwa lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel pernafasan menutup jaringan vaskuler dan busur aorta, sehingga karbondioksida darah dapat bertukar dengan oksigen terlarut di dalam air.
Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk mengeluarkan air dari insang yang disebut operculum yang membentuk ruang operkulum di sebelah sisi lateral insang (Sugiri. 1984; 1966). Laju gerakan operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi ikan.
4.      Pengertian Suhu
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C.  Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik (Ewusie, 1990).
Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :
1)        Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati laut pada umumnya.
2)      Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan.
3)      Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.

Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona biogeografik utama yaitu: kutub, tropic, beriklim sedang panas dan beriklim sedang dingin. Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim.
Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim.
Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C.
5.    Pengaruh Suhu Air terhadap Ekosistem Perairan
Salah satu faktor fisik lingkungan perairan adalah suhu. Permukaan air peka terhadap perubahan suhu, perubahan suhu dipengaruhi oleh letak geografisnya, ketinggian tempat, lama paparan terhadap matahari dan kedalaman badan air (Tunas. 2005;16, 18).
Kenaikan suhu air akan dapat menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut (Kanisius. 2005; 22-23):
a)      Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
b)      Kecepatan reaksi kimia meningkat
c)      Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
d)   Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.
Selanjutnya menurut Munro (1978 dalam Tunas 2005; 18), Peningkatan suhu air dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas-gas, tetapi meningkatkan solubilitas senyawa-senyawa toksik seperti polutan minyak mentah dan pestisida, serta meningkatkan toksisitas logam berat, sebagai contoh bahwa pada air tawar (salinitas 0%) peningkatan suhu dari 25 menjadi 300C menyebabkan penurunan kelarutan oksigen dari 8,4 menjadi 7,6 mg/liter.

B.       Pengaruh Suhu Air terhadap Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ikan
Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit (Tunas. 2005;16). Selanjutkan Tunas menambahkan bahwa ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun (Tunas. 2005;16-17). Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
Penelitihan oleh Kuz’mina et al. (1996 dalam Tunas. 2005) menunjukkan bahwa suhu perairan sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme dan proses-proses biologis ikan. Ditunjukkan bahwa aktivitas enzim pencernaan karbohidrase sangat dipengaruhi oleh suhu, aktivitas protease tertinggi dijumpai pada musim panas, adapun aktivitas amilase tertinggi dijumpai pada musim gugur (Hofer, 1979a ; 1979b dalam Tunas. 2005; 18).
Menurut Kanisius (1992; 23) suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.
1.      Pengertian Salinitas
Salinitas adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Ikan seribu (Poecilia reticulata), merupakan salah satu ikan tawar yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan, misalnya parit, sungai, dan lain sebagainya, sebab ikan tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perbedaan antara ikan seribu jantan berada pada ukurannya. Ikan jantan memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan betina, selain itu ikan jantan memiliki aneka macam warna pada tubuhnya, dan memiliki bintik hitam seperti mata pada masing-masing sisi tubuhnya, sedangkan ikan betina tidak memilikinya.
Setiap ikan akan mengalami proses osmosis melalui insangnya, air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan (Gusrina, 2008).
Masing-masing ikan memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Poecilita reiculata dapat hidup dengan ukuran salinitas tertentu, yaitu pada perairan dengan salinitas tinggi (air asin), hingga 150% salinitas normal air laut. Untuk membuktikan pada salinitas berapakah ikan seribu tersebut dapat bertahan hidup, maka praktikum ini dilaksanakan. Selain itu, P. reticulata dipilih sebagai sampel karena mudah ditemukan dan mudah untuk diamati pergerakkannya pada setiap salinitas yang berbeda.


2.      Hubungan Salinitas Dengan Fisiologi Ikan
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan nilai salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). andungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida.
Laevastu dan Hayes (1981) menyatakan perubahan salinitas di laut terbuka relatif lebih kecil dibandingkan dengan perubahan salinitas di pantai yang memiliki masukan air tawar dari sungai terutama saat musim hujan. Salinitas berpengaruh pada osmoregulasi dari ikan serta berpengaruh besar terhadap kesuburan dan pertumbuhan telur. Beberapa spesies bisa hidup dengan toleransi salinitas yang besar (euryhaline) tetapi ada juga yang sempit (stenohaline). Disamping itu Hayes dan Laevastu (1982) menyatakan bahwa salinitas berpengaruh pada distribusi, orientasi migrasi, dan kesuksesan reprodukasi dari ikan.
Hayes dan Laevastu (1982) menjelaskan bahwa salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme dalam hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dan lingkungan. pengaruh ini berbeda pada setiap organisme baik itu fitoplankton, zooplankton, maupun ichthyoplankton. Pengaruh salinitas pada ikan dewasa sangat kecil karena salinitas di laut relatif stabil yaitu berkisar antara 30 - 36 ‰, sedangkan larva ikan biasanya cepat menyusuaikan diri terhadap tekanan osmotik. Namun demikian cenderung memilih perairan dengan kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya. Dan hal ini secara langsung akan sangat mempengaruhi distribusi  larva ikan (Lignot et al., 2000).








BAB IV
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang adaptasi ikan terhadap pergerakannya dapat disimpulkan bahwa Untuk  memudahkan bergerak di dalam air, karena ikan memiliki :
1.    Bentuk tubuh yang aerodinamis (streamline) untuk mengurangi hambatan ketika bergerak didalam air.
2.    Ekor dan sirip ekor yang lebar berfungsi untuk mendorong gerakan ikan dalam air.
3.    Sirip tambahan digunakan untuk mencegah gerakan yang tidak di inginkan. Gelembung renang untuk mengatur gerakan vertical.
4.    Dan ikan memiliki susunan otot dan tulang belakang yang flexsibel untuk mendorong ekor ikan di dalam air.
Dari uraian diatas yang menjelaskan tentang pergerakan ikan sebagian besarnya menggunakan alat bantu berupa tubuh dan sirip - siripnya, ikan yang hidup di laut yang tekanan hidrostatik tinggi atau fluktuatif  harus melakukan adaptasi morfologi agar dapat mengatur daya apung sehingga mampu bertahan hidup. Sedangkan untuk ikan yang berada pada perairan.
Lingkungan abiotik adalah semua benda mati di permukaan bumi yang bermanfaat dan berpengaruh dalam kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya contoh pengaruh abiotik :
1.         Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup.
2.         Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem.
3.         Air berpengaruh terhadap ekosistem  termasuk makhluk hidup di dalamnya karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme.
4.         Angin akan mempengaruhi cara hidup organisme (tumbuhan).
5.         Oksigen yang kita gunakan untuk bernapas atau Karbondioksida yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis juga berasal dari udara.
6.         Tanah mempengaruhi kelangsungan hidup organisme dalam suatu ekosistem. Ketinggian suatu tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
7.         Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi.
Sedangkan faktor lingkungan biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi :
1.    Individu
2.     Populasi
3.    Komunitas
4.    Ekosistem
5.    Biosfer
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup, adaptasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.    Adaptasi Morfologi penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.
2.    Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
3.    Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku /  perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.





DAFTAR PUSTAKA

Anonimus 2015, https://seabass86.wordpress.com/2012/12/29/organ-gerak-ikan/. diakses pada tanggal 10 maret 2015 pukul 21.10 WIB

Anonimus 2015, http://elfaandriana.blogspot.com/2012/06/mekanisme-gerak-pada-ikan.html.     diakses pada tanggal 10 maret 2015 pukul 21.40 WIB

Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga

Collin.1996. Ventilation rates for Goldfish Carassius auratus during changes in dissolved oxygen. Professional Papper. University of Nevada Las Vegas. 12-4-1996

Darmadi. 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan (Operkulum Ikan). Bandung. Universitas Padjajaran. http://dharmadharma.wordpress.com/ diakses pada Jum’at, 8 April 2011 pukul 19.30 WIB

Djamal, Zoer’aini.1992.Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta. Penerbit P.T Bumi Aksara

Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung. Penerbit Institut Teknologi Bandung

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisologi Ikan. Jakarta. Penerbit P.T Rineka Cipta

Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta. Penerbis Kanisius

Koesbiono, 1980. Biologi Laut. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.

Mamangkey, Jack j. 2004. Ekologi Ikan Butini (Glossogobius matanensis) di Danau Matano Daerah Malili Sulawesi Selatan. Makalah Falsafah Sains (pps 702) program pascasarjana/s3 Institut Pertanian Bogor November 25, 2004 Nolan,

Nawangsari. 1984. Zoologi Umum. Jakarta. Penerbit Erlangga

Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogjakarta. Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sugiri,

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang


Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit Universitas Gadjah Mada 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar