1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
umumnya beberapa negara diluar negeri seperti eropa, jepang, dan Taiwan telah mengubah
kebiasaan dalam mengkonsumsi ikan laut. Salah satunya perubahan dari
mengkonsumsi ikan kakap beralih ke ikan nila. Biasanya mereka mengkonsumsi ikan
nila dalam bentuk fillet yang berasal
dari negara di Asia Pasifik. Salah satu pengekspor fillet ikan nila dari Asia
Pasifik adalah Indonesia. Karena tingginya permintaan pasar terhadap ikan nila
tersebut, maka beberapa petani ikan air tawar mulai mengganti komoditas di
kolam atau kerambanya menjadi ikan nila (kurniawan, 2010).
Ikan
nila merupakan komoditas air tawar yang cukup banyak di budidayakan saat ini,
baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran yang di karenakan keunggulan ikan
nila dibandingkan dengan beberapa ikan air tawar lainnya yaitu, seperti
pertumbuhannya yang cepat, mudah untuk dikembangbiakkan, mudah dalam
pemeliharaan dan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan (masturi,
2008)
Di
provinsi Kalimantan barat khususnya di Pontianak prmintaan ikan nila kosumsi
sangat tinggi. karena banyak masyarakat yang suka mengkonsumsi ikan nila selain
rasanya yang enak dan gurih ikan nila juga memiliki harga yang dapat di jangkau
untuk setiap lapisan masyarakat karena menurut Trubus, 2011 harga jual ikan
nila di tingkat petani mencapai Rp 16.000 – Rp 17.000, dan menurut kurniawan,
2010 harga jual untuk pedagang eceran mulai dari Rp 25.000 – Rp 30.000 . Hal
tersebut menjadi alasan banyaknya usaha restoran maupun rumah makan yang
menyediakan menu dari bahan ikan nila yang kemudian di olah menjadi beragam
menu masakan. Sehingga, perlunya ketersediaan ikan nila konsumsi yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan produksi setiap harinya.
Maka
untuk memenuhi kebutuhan produksi tersebut, berkaitan langsung dengan kegiatan
budidaya ikan nila yaitu pembesaran. Yang mana kegiatan pembesaran lebih di fokuskan
pada tingkat kelangsungan hidup dan (FCR) yang bertujuan supaya kegiatan
pembesaran lebih terkontrol pertumbuhannya dan menghasilkan panen yang
maksimal. dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk mempelajari tentang
bagaimana cara membudidayakan ikan nila merah khususnya kegiatan pembesaran
dengan memperhatikan tingkat kelangsungan hidup dan (FCR).
1.2 Pembatasan
Masalah
Batasan masalah yang diambil dalam Kerja
Praktek Akhir (KPA) adalah tentang teknik pembesaran Ikan Nila Merah yang meliputi:
1.
Aktifitas /
kegiatan pembesaran Ikan Nila
Merah mulai dari
tahapan persiapan hingga proses pemeliharaan selama 2 bulan.
2. Mengevaluasi tingkat
keberhasilan pembesaran Ikan Nila
Merah dengan
melihat Pertumbuhan, survifa rate (SR) ,
dan food convertion rete FCR
1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan Kerja praktek Akhir adalah untuk
mengusai dan mengdikripsikan tiknik pembesaran Ikan Nila Merah yang dilaksanakan dilaksanakan di Balai Besar Budidaya
Air Tawar (BBBAT) Sukabumi Jawa Barat.
1.4 Manfaat
Manfaat
yang diperoleh dalam kegiatan Kerja Praktek Akhir bagi mahasiswa adalah:
1. Mengusai dan dapat
mengdiskripsikan teknik pembesaran Ikan Nila
Merah
2. Dapat mengevaluasi faktor –
faktor keberhasilan dalam budidaya Ikan Nila
Merah dengan
melihat nilai Pertumbuhan, SR, dan FCR.
2. Tinjauan
Pustaka
2.1 Klasifikasi
dan Morfologi
Ikan nila diambil dari nama latinnya yaitu
nilotica. Ikan nila juga biasa dikenal
dengan nama nile atau tilapia, Karena berasal dari sungai Nil tepatnya di benua
afrika. maka menurut Astuti (2010), ikan nila merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum :
Chordata,
Sub-filum : Vertebrata,
Kelas : Pisces,
Sub-kelas : Acanthoptherigii,
Ordo : Perciformes,
Family :
Cichlidae,
Genus : Oreochromis,
Spesies : Oreochromis
niloticus
Ikan
nila termasuk pada golongan Sarotherodon
niloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya
didalam mulut induk betina.sehingga nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila
adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. (Khairuman, 2003).
Berdasarkan
morfologinya bentuk tubuh ikan nila memanjang dan ramping. Sisik ikan nila
relatif berukuran besar. Nila mempunyai lima buah sirip yang berada dipunggung,
dada, perut, anus, dan ekor. Sirip punggunya memanjang dari bagian atas
tutup ingsang hingga bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sisrip dada
dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anusnya hanya satu buah dan
berbentuk agak panjang, sedangkan sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya
berjumlah satu buah. Selain
itu nila juga memiliki sisik yang menutupi seluruh tubuhnya (kurniawan, 2010). Adapun
Ciri induk nila jantan dan betina dapat dilihat pada tebel dibawah ini.
Induk nila jantan
|
Induk nila betina
|
- tubuh membulat
- warna cerah
- sirip berwarna kemerahan
- gerakan lincah
- satu buah lubang kelamin yang memanjang
- jika dipijit lubang kelaminnya, keluar cairan putih bening
|
- Tubuh memanjang
- warna agak kusam
- perut agak gendut
- gerakan lambat
- memiliki dua lubang kelamin bentuknya membulat yang berfungsi
sebagai lubang telur dan lubang ekskresi
|
Sumber : kurniawan, 2010
Sedangkan menurut (Iskandar, 2003), nila
merah memiliki bentuk tubuh yang pipih, warnanya merah-kemerahan atau
kuning-kekuningan. Sisiknya berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar, gurat
sisinya terputus di bagian tengah badan. Sirip punggung dan perutnya mempunyai
jari-jari lemah dan keras yang tajamseperti duri. Pada badan dan sirip ekor
ditemukan garis lurus sedangkan garis berbentuk memanjang ditemukan pada sirip
punggung dan sirip anus.
2.2 Habitat
Salah
satu kelebihan ikan nila adalah sangat adatif
terhadap perubahan lingkungan. Budidaya ikan nila sering dijumpai di
perairan payau, kolam air deras, sungai mengalir, danau alami, waduk buatan,
dan sawah (Sunaryo, 2010)
Sedangkan
menurut khairuman (2003) ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan hidupnya sehingga dapat dipelihara di dataran tinggi yang berair
tawar dan dataran rendah yang berair payau. Habitat hidup ikan nila cukup
berfariasi dari sungai, waduk, danau, rawa, sawah, kolam hingga tambak.
2.3 Kebiasaan Makan
salah satu kelebihan ikan nila
dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi lainnya adalah kebiasaan makan segala omnivora. Makanannya biasa berupa
tumbuhan, daging, serangga, ikan jenis lain, maupun plankton (Khairuman, 2003).
Pada masa larva, cadangan makanannya
berupa kuning telur. Setelah cadangan makanan habis benih ikan nila mulai
memakan zooplankton yang tersedia di alam. Setelah berumur lebih dari satu
minggu, anakan ikan nila juga akan memakan lumut atau alga yang ada
dilingkungannya. Pada ikan dewasa, tumbuhan yang ada di perairan merupakan
salah satu makanannya (kurniawan, 2010).
Selain itu, jika ikan nila di pelihara
secara intensif maka perlu penambahn pakan buatan berupa pelet untuk memacu
pertumbuhan agar optimal. Untuk menentukan kebutuhan pakan, maka setiap dua
minggu sekali sebaiknya mengambil sampel untuk ditimbang. Hal ini dilakukan
agar mengetahui berat biomassa ikan dan menentukan jumlah pakan harian
(kurniawan, 2010)
2.4
Pertumbuhan dan
Perkembangbiakan
Pada habitat aslinya ikan nila dapat
memijah sepanjang tahun, dalam satu siklus hidup nila meliputi stadium telur,
larva, benih, dewasa, dan induk. Daur hidup ikan nila dari telur sehingga
menjadi induk berlangsung selama 5-6 bulan. Setiap tahun ikan nila dapat
berpijah antara 6-7 kali. Ikan nila yang memasuki stadium dewasa adalah ikan
yang memiliki berat badan mencapai 250 g/ekor. Dan menurut Sunaryo, 2010 menjelaskan
bahwa Lamanya waktu dari stadium benih menjadi ikan dewasa berlangsung selama
4-5 bulan. Sedangkan ikan nila yang berumur 1,5 – 2 tahun dengan berat badan
lebih dari 500g/ekor disebut indukan. Seekor ikan nila betina yang memiliki
berat badan 600 g dapat menghasilkan larva sebanyak 1.200 – 1.500 ekor setiap
kali pemijahan. Batas maksimal ikan nilah dipijahkan sebanyak 6 kali, karena
jika lebih dari 6 kali akan terjadi penurunan kualitas telur (rukmana, 1997).
2.5
Teknik Pembesaran Ikan
Nila Merah
2.5.1
persiapan kolam
pembesaran
Hal pertama yang dilakukan pada kegiatan
pembesaran adalah persiapan wadah pemeliharaan, wadah pemeliharaan dapat berupa
tanah atau dinding tembok yang dasarnya tanah. Luas kolam yang digunakan 300 –
500 m2 dengan ketinggian 1 m dan kedalaman air 70 cm. Kolam
sebaiknya di aliri air dengan debit air 5 liter/detik. Kemudian pinggiran kolam
dibuat pematang yang kuat, bila perlu menggunakan plastik atau papan kayu di
sekeliling kolam. Tujuannya untuk meminimalisir kebocoran dan masuknya hama.
Kemudian pembuatan kemalir. Kemalir
adalah parit kecil yang dibuat pada tengah kolam dengan bentuk diagonal dari
saluran masuknya air ke saluran pembuangan. Yang bertujuan agar memudahkan saat
melakukan kegiatan pemanenan (Trubus, 2011).
Sedangkan menurut SNI 7550 : 2009 (21
Maret 2013), adapun syarat tanah yang baik untuk digunakan yaitu tanah
sebaiknya tidak porous, dengan kriteria tekstur 50 – 60 % liat, kemudian
maksimal 10 % pasir dan sisanya lempung. Selanjutnya kontruksi dapat berupa
tanah atau tembok dengan derajat keasaman minimal 5,5 dan volume wadah yang
dapat memberikan pertumbuhan optimal dengan kedalaman air minimal 0,8 m.
Selanjutnya dilanjutkan pengelolaan
dasar kolam, menurut Sunaryo, 2010 ada beberapa kegiatan dalam pengelolaan
dasar kolam yaitu:
1.
mengeringkan kolam
selama satu minggu untuk mencegah terhindar dari hama, penyakit dan jamur.
2.
Mencangkul lahan
dengan cara membalik lumpur untuk membantu mematikan hama di seluruh bagian,
khususnya dasar kolam yang berlumpur.
3.
Kemudian memeriksa
derajat keasaman (pH) tanah. Tambahkan kapur sebanyak 100 gram per m2
untuk menetralkan derajat keasaman tanah.
4.
Melakukan pemupukan
lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk yang diberikan berupa pupuk kandang
dari kotoran sapi, ayam, atau puyuh dengan dosis 250 gram/m2.
5.
Memperbaiki pematang
atau tanggul sambil menditeksi jika terjadi kebocoran. Dan membetulkan kemalir
setelah pembalikan tanah.
6.
Menambahkan air hingga
ketinggian 70 – 100 cm, lalu membiarkannya selama satu minggu yang bertujuan
agar pakan alami sudah tersedia.
2.5.2
Seleksi Benih
Setelah melakukan pengisian air pada
kolam pemeliharaan yang telah dibiarkan selama 5-7 hari, maka tahap selanjutnya
adalah menyeleksi benih yang akan dipelihara sebelum dilakukannya penebaran.
Seleksi benih bertujuan agar pertumbuhan seragam, sehingga efisien dalam
pemberian pakan. Menurut Iskandar (2003), untuk menjamin benih nila yang
dipelihara benar-benar sehat, maka sebelum di tebar dapat disinfektan dan
dilakukan seleksi. Nila yang sehat biasannya ditandai dengan warna tubuh yang
cerah, bergerak lincah, dan tidak selalu berada di permukaan.
Sedangkan menurut Djarijah (1994), untuk
memperoleh benih nila merah yang baik harus dilakukan seleksi kualitas. Secara
morfologinya kualitas benih nila merah dapat dilihat dari warna, postur tubuh
(ukuran ideal), bentuk badan, gerak renang dan keadaan fisik tubuh. Warna benih
nila adalah kemerah-merahan atau kekuning-kuningan, memiliki berat yang
seragam, kisaran berat yang masih dianggap baik adalah 25 – 30 gram/ekor, Benih
yang terlalu kecil atau besar dipisahkan, kondisi fisik benih harus baik tidak
cacat, memiliki daging yang padat dan gemuk serta umur benih tidak lebih dari 4
bulan sejak menetas.
2.5.3
Penebaran Benih
Menurut Kurniawan (2010), populasi ideal
ikan nila pada kolam tanah air diam sebanyak 10 ekor/m2. Ukuran
optimum benih yang digunakan dalam pembesaran sekitar 8 – 13 cm. Cara penebaran
benih ikan nila sama dengan penebaran benih pada kolam deras dan keramba jaring
apung, untuk menghindari agar benih tidak setres maka penebaran sebaiknya
dilakukan pada pagi hari sekitar 06.00 – 07.30.
Sedangkan menurut Khairuman (2003),
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu udara rendah.
Tujuannya untuk menghindari terjadinya stres pada benih. Ukuran benih yang akan
ditebar harus seragam dan kondisinya sehat. Padat tebar benih tergantung dari ukuran benih
yang ditebar atau berdasarkan pada target panen yang akan dicapai. Jika target
panen 500 – 600 gram/ekor (ukuran tebar 15 – 20 gram/ekor), maka padat tebarnya
adalah 4 – 8 ekor/m2.
Menurut Trubus (2011), mengatakan bahwa
dalam proses penebaran benih maka perlu dilakukannya proses aklimatisasi.
Aklimatisasi adalah proses penyesuain atau adaptasi terhadap lingkungan
sekitar. Proses ini dianggap penting, karena suhu pada wadah penampungan benih
sementara dengan kolam pembesaran berbeda sehingga dapat menyebabkan kematian
pada benih. Maka dari itu benih yang akan baru ditebar memerlukan penyesuaian.
2.5.4
Pemberian pakan
Menurut Iskandar (2003), Pada awal
penebaran, selama 2 – 3 hari, ikan tidak di perlu diberi pakan karena hasil
dari pemupukan akan menghasilkan pakan alami sehingga benih dapat mengkonsumsi
pakan alami yang tersedia. Pada hari ke- 4 ikan baru diberi pakan tambahan
berupa pelet dengan kandungan protein sebanyak 20 – 30 % dengan ukuran pelet
disesuaikan dengan pertumbuhan ikan.
Menurut Kurniawan (2010) Dosis pemberian
pakan per hari pada bulan pertama sebesar 5 % dari biomassa. Setelah itu, pada
bulan kedua dosisnya 4 % dari biomassa. Pada bulan selanjutnya dikurangi
menjadi 3 % dari biomassa per hari. Pemberian pakan dibagi menjadi tiga
interfal waktu, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Nilai efisiensi pakan (FCR)
pemeliharaan di air tawar sebesar 0,8 – 1,2.
Sedangkan menurut Iskandar (2003),
menyatakan bahwa pada awal pemeliharaan pakan diberikan dalam jumlah 4 – 5 %
dari berat badannya. Pakan dalam jumlah persentase itu diberikan hingga nila
mencapai ukuran berat 50 gram. Kemudian persentase diturunkan, yaitu 3 % per hari
dari berat badannya hingga nila mencapai ukuran 200 gram. Kemudian persentase
diturunkan, yaitu 2 % / hari dari berat badannya hingga nila mencapai berat 500
gram.
2.5.5
Kualitas air
Menurut khairuman,
2003 kualitas air untuk budidaya ikan nila harus memenuhi beberapa persyaratan,
karena air yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Ada
beberapa parameter kualitas air yaitu parameter kimia dan fisika, parameter kimia
meliputi seperti kandungan oksigen, karbondioksida, pH, dan zat beracun.
Sedangkan parameter fisika meliputi suhu, kekeruhan dan warna air. Adapun table
parameter kualitas air di bawah ini :
NO
|
Parameter
|
Satuan
|
Kisaran
|
1.
2.
3.
4.
|
Oksigen
Karbondioksida
Derajat keasaman
(pH)
Kecerahan
|
mg / liter
mg / liter
cm
|
Minimal 4
Kurang dari 5
Kisaran 1-14.
normal, 7
Baik 25 – 40
|
Sedangkan
menurut kurniawan, 2010 parameter kualitas air untuk ikan nila adalah sebagai
berikut :
NO
|
Parameter
|
Satuan
|
Kisaran
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Suhu
Oksigen terlarus
Derajat keasaman
Salinitas
Kecerahan
alkalinitas
Ammonia
|
o C
ppm
ppm
cm
mg/liter
mg/liter
|
Optimum 25 – 30
Optimum 3 – 5
Optimum 7
< 25
Optimum 25 – 40
Kisaran 50 – 300
< 0,1
|
SNI
7550 : 2009 (21 Maret 2013), parameter kualitas air untuk ikan nila merah
adalah sebagai berikut:
NO
|
Parameter
|
Satuan
|
Kisaran
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Suhu
Oksigen terlarut
Derajat keasaman
Kecerahan
Ammonia
|
o C
mg/liter
-
cm
mg/liter
|
Optimum 25 – 30
Optimum 3 – 5
Optimum 7
Optimum 25 – 40
< 0,1
|
2.5.6
Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan nila pada tambak
biasanya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ikan nila pada kolam air
tawar dengan pemberian pakan yang sama. Nilai efisiensi pakan (FCR)
pemeliharaan di air tawar sebesar 0,8 – 1,2. Sementara pemeliharaan di tambak
air payau memiliki nilai (FCR) sebesar 0,5 – 1 . hal tersebut sudah banyak di
buktikan oleh petani. Salah satunya adalah pembudidaya di pantai Glagah, pada
awalnya benih yang ditebar sebanyak 1000 ekor dengan ukuran benih 3 – 5 cm.
Setelah pemeliharaan selama 4 bulan dan menghabiskan pakan 100 kg, bobot panen
satu ekor ikan nila rata – rata 500
gram. Sedangkan pada kolam air tawar untuk mencapai berat rata – rata 500 gram /
ekor dibutuhkan waktu hingga 6 bulan (Kurniawan, 2010).
2.5.7
Hama dan penyakit
Dalam budidaya ikan nila, terdapat
beberapa hambatan untuk mencapai jumlah panen yang diinginkan. Salah satunya
adanya serangan hama dan penyakit. Upaya untuk menanggulangi hama dan penyakit
yang menyerang ikan nila yakni harus mengetahui terlebih dahulu atau mengenali
hama dan penyakit serta gejalanya. Kemudian, melakukan penanggulangan yang
tepat sasaran. Adapun hama dan penyakit saat pembesaran ikan nila merah
1.
Hama
Hama yang menyerang ikan nila pada
dasarnya hampir sama dengan hama yang menyerang benih, yaitu burung cangak,
ular dan regul. Selain itu predator ini juga dapat menjadi vektor (pembawa
penyakit), baik parasit maupun bakteri
Karena itu, sistem biosekuriti perlu
diterapkan pada budidaya ikan nila. caranya menanan pagar hidup di pematang,
seperti pohon talas, pohon kleresede, serai, daun pandan, dan pagar bambu untuk
menghindari hama masuk ke lokasi budidaya ( Masturi, 2008) .
2.
Penyakit
Menurut astuti (2010), penyakit yang
sering menyerang saat pembesaran yaitu parasit, bakteri, dan jamur. Hal
tersebut akan dijelaskan gejala dan cara pencegahan serta penanggulangannya.
1.
Parasit Trichodinella
sp., Trichodina., Gyrodactylus sp., Transversotrema laruei, dan Glossatella
piscicola
a.
Gejala
Ciri
– ciri gejala umum ikan terserang infeksi adalah wajah terlihat pucat, nafsu
makan menurun, gelisah, gerakan lamban, sering menggosok – gosokkan badan ke
benda di sekitarnya (gatal), sering meloncat – loncat, frekuensi pernapasan
meningkat, iritasi sel epitel kulit, produksi lendir berlebih, dan sirip
rontok.
b. Pencegahan dan penanggulangan
-
pertahankan suhu air lebih dari 29oC selama 2 minggu atau lebih.
-
jaga stamina dan tingkatkan ketahanan tubuh ikan
-
jaga kualitas air dengan menambah frekuensi pergantian air.
- rendam ikan dengan
acriflavin 10 – 15 ppm selama 15 menit dan Cooper sulphat 0,0001 mg/L selama 24 jam. Ulangi
setiap dua hari.
- rendam ikan dengan
hidrogen peroksida (3 %) 17,5 ml/L selama 10 menit. Ulangi setiap dua hari.
- rendam ikan dengan
potassiumpermanganat (PK) 2 – 5 mg/L selama 24 jam.
2.
Bakteri Aeromonas
hydrophila dan pseudomonas sp.
a.
Gejala
Warna
tubuh terlihat kusam atau gelap, nafsu makan menurun, mengumpul mendekati
saluran pembuangan, kulit kasat, perdarahan di pangkal sirip, ekor dan anus.
Bahkan, sering dijumpai ikan mati lemas, baik dipermukaan maupun dasar kolam.
b.
Pencegahan dan
penanggulangan
-
lakukan manajemen kesehatan ikan terpadu meliputi inang, lingkungan, dan patogen agar seimbang.
-
rendam ikan dengan ROXINE R Aquatic dosis 1 – 2 gram/100 liter air
selama 1 – 5 hari. Selain itu berikan ENRO FISH melalui pakan dengan dosis 2
gram/100 gram pakan. Berikan dua kali sehari selama 35 hari. Ikan nila boleh di
konsumsi setelah 14 hari pengobatan terakhir agar obat telah terekskresi dan
tidak meninggalkan residu di daging ikan.
3.
Jamur Saprolegnia sp.
Dan Achlya sp.
a.
Gejala
Terlihat
adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka
di bagian eksternal ikan.
b.
Pencegahan dan
penanggulangan
-
tingkatkan frekuensi penggantian air kolam.
- jaga stamina dan tingkatkan ketahanan tubuh
ikan menggunakan vitamin C.
-
rendam ikan di dalam larutan PK (1 gram/100 liter air) selama 90 menit
-
rendam ikan dengan larutan garam dapur 1000 ppm selama 15 – 30 menit.
2.5.8
Pemanenan
Menurut Khairuman (2003), pemanenan di
kolam dilakukan dengan cara mengeringkan air hingga tersisa di kemalirnya saja,
kemudian ikan digiring dan dikumpulkan ke arah pintu pengeluaran. Setelah itu,
ikan ditangkap dengan seser. Untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan,
diusahakan hasil panen dalam keadaan segar dan prima, untuk itu pemanenan harus
dilakukan secara hati-hati dan hasil panen di tampung dalam hapa yang
ditempatkan di air yang jernih dan mengalir.
Sedangkan Menurut Iskandar (2003)
mengatakan bahwa pemanenan ikan nila merah biasanya dilakukan setelah 5 bulan
pemeliharaan atau lebih. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena
suhu yang rendah dan ikan yang akan dipanen tidak mudah stres. Langkah pertama
yang dilakukan yaitu dengan cara menutup saluran air masuk dan membuka saluran
air keluar. Dengan demikian air kolam akan surut kemudian ikan akan berkumpul
pada kemalir yang dibuat pada tengah kolam. Sehingga ikan akan mudah untuk
diambil atau dipanen. Perlu diperhatikan pada pembuangan air, sebaiknya
dilakukan secara perlahan agar ikan tidak mudah stres. Untuk memudahkan dan
mempercepat pemanena sebaiknya menggunakan alat tangkap yaitu jaring atau scoop
net agar mendapatkan ikan dengan kondisi yang baik.
3
METODE PELAKSAAN
3.1
Waktu dan Tempat PKL
3.2
Objek KPA
Objek Kerja Praktek
Akhir ini adalah kegiatan pembesaran ikan Nila Merah mulai dari tahapan persiapan hingga masa pemliharaan
selama 2 bulan.
3.3
Metode Pengambilan Data
Metode pelaksanaan yang digunakan
dalam KPA ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best, 1982). Penelitian deskriptif
pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
Pengumpulan data dalam kegaitan KPA
ini menggunakan metode observasi partisifatif (pengamatan terlibat), wawancara, dan dukumen.
3.4
Jenis
Data
Data yang
dikumpulkan terdiri dari dua jenis yakni
data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data
primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data
primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.
Data ini digunakan untuk mendukung infomasi primer yang diperoleh baik dari
dokumen, maupun dari observasi langsung ke lapangan (Umar, 1999). Dalam praktek
kerja lapang ini data sekunder diperoleh dari laporan-laporan pustaka yang
menunjang, serta data yang diperoleh dari lembaga pemerintah, pihak swasta yang
berhubungan maupun masyarakat yang terkait dengan usaha pembesaran ikan
nila merah.
Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi: 1) gambaran umum lokasi; 2) stuktur organisasi dan peran
fungsi BBI Kalan Usin. Instrumen pengambilan data, dapat dilihat pada Lampiran XXX.
3.4.2
Data Primer
Data primer merupakan data yang
didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan seperti
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini berupa catatan
hasil wawancara, hasil observasi ke lapangan secara langsung dalam bentuk
catatan tentang situasi dan kejadian dan data-data mengenai informan (Umar,
1999).
Data primer yang
dikumpulkan merupakan data proses pembesaran ikan Nila Merah yang meliputi:
1 ) Alat, bahan, dan
cara persiapan wadah;
2) Benih (asal, ukuran, berat, panjang, umur,
padat tebar, cara tebar, keseragaman
dan Kesehatan benih;
3) Manajemen pakan;
4) Parameter kualitas
air; dan
5) Data pertumbuhan.
Instrumen pengambilan data dapat dilihat pada Lampiran XXX.
3.5
Pengolahan dan analisis data
3.5.1 Pengolahan data sekunder
Data
sekunder diolah dengan cara mengelompokkan, mendiskripsikan ataupun menerangkan
data – data yang diperoleh dari berbagai sumber dilaporan. Data tersebut meliputi
1)
Gambaran umum lokasi
2)
Stuktur organisasi dan peran fungsi BBBAP Sukabumi
jawa barat
3.5.2 Pengolahan data primer
1)
Alat bahan dan cara persiapan wadah
Data persiapan wadah
baik alat dan bahan maupun cara kerja pembuatan wadah diolah dengan cara
mendiskripsikan setiap proses kegiatan yang dilakukan. Data-data dalam bentuk angka ataupun
keterangan lainnya, untuk tujuan kemudahan analisis dapat dikelompokan dan
disajikan dalam bentuk tabel.
2)
Benih
Data benih yang diapat
diolah dan disajikan dalam bentuk diskripsi dan tabulasi sebagai berikut.
Tabel 3.1. Data benih
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3)
Manajemen pakan
Data manajemen pakan yang
dikumpulkan meliputi jenis pakan, cara pemberian pakan, jumlah pakan harian,
waktu pemberian pakan, serta nilai konversi pakan ikan selama masa pemeliharaan.
Untuk menghitung nilai konversi pakan menggunakan rumus yang dikemukakan
(Mudjiman, 1985). Data manajemen pakan
dan nilai konversi pakan disajikan dalam bentuk tabel.
4)
Parameter kualitas air
Data parameter kualitas air yang
diamati dan diukur meliputi kecerahan, kekeruhan, pH, Oksigen Terlarut, dan
Suhu. Data harian dan pengukuran secara periodik parameter kualitas air
disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
5)
Data pertumbuhan
Data pertumbuhan diambil
setiap 10 hari sekali. Data hasil sampling diolah untuk mengetahui laju
pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak dan relatif ikan selama masa pengamatan.
Data petumbuhan tersebut dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan Effendi
(1985).
A.
Pertubuhan harian
B.
Pertumbuhan Mutlak dan
Relaif
Data hasil olahan
disajikan dalam bentuk tabel dan gerafik.
3.5.3 Analisis data
Analis data yang
digunakan adalah analisis kualitatif adalah proses kegiatan yang meliputi
mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan dan mensintesiskan data selanjutnya
memaknai setiap katagori data, menarik dan menemukan pola, hubungan-hubungan
dan memaparkan temuan-temuan dalam bentuk diskripsi naratif, bagan, flow chart,
matriks maupun gambar-gambar yang bisa dimengerti dan pahami oleh orang lain
(Fuadi, 2013).
terimakasih infonya sangat menarik, dan jangan lupa kunjungi website kami http://bit.ly/2wFUPf3
BalasHapusTerimakasih infonya jangan lupa kunjungi website kami ya http://bit.ly/2ATcxRG
BalasHapus